Kita semua mungkin sudah sering mendengar kalimat "setiap tempat memiliki cerita". Sebuah kota, apalagi Jakarta pasti menyimpan berjuta cerita didalamnya. Cerita tentang usaha seorang ibu yang harus rela pulang larut malam agar anaknya bisa membeli sekaleng susu hingga cerita tentang kondisi politik di ibu kota yang tiada habisnya. Lewat tulisan ini saya akan membawa kalian semua untuk melihat sebuah cerita, tentang pojok kecil di daerah Jakarta yang menyimpan banyak hal tetapi kita terlalu rabun untuk melihatnya.

Pada minggu akhir bulan Ramadhan lalu, tepatnya 3 Juni 2019 saya bersama teman-teman dari volunteer Rumah Penyuluhan Kreatif menyinggahi sebuah panti sosial di wilayah Pondok Indah,Jakarta Selatan. Jika biasanya orang-orang menyinggahi wilayah Pondok Indah untuk berbelanja atau menikmati beberapa hiburan di area sana, kami mendatangi sebuah panti yang kurang lebih berisikan 300 orang tua didalamnya.

Panti Sosial Tresna Werdha, Pondok Indah.
Rasa senang dan bahagia muncul di wajah para nenek dan kakek, bahkan ada beberapa yang mengucap terimakasih sekaligus do'a-do'a baik karena kami telah menyempatkan singgah. "Nenek udah gapunya siapa-siapa, sering-sering ya main ke sini." salah satu nenek mengucapkan kalimat tersebut tepat setelah saya salim kepadanya. Rasa haru dan sedih bercampur menjadi satu, teringat nenek saya sendiri sekaligus memikirkan perasaan nenek ini yang mungkin merasa kesepian sekali.

Kami memberi sedikit hadiah untuk para nenek dan kakek, satu kaleng biskuit per orang yang nantinya bisa mereka makan. Hadiah yang mungkin terlihat sangat sederhana tetapi mampu membuat para kakek dan nenek merasa sangat bahagia. Kami memberikan biskuit tersebut ke kamar mereka masing-masing yang langsung disambut hangat oleh para kakek dan nenek.














Ketika memasuki kamar-kamar tempat mereka tinggal, sungguh miris rasanya. Bau tak sedap, makanan di meja yang belum termakan, lantai yang kotor serta hal-hal tak mengenakkan lainnya menjadi pemandangan di hampir setiap kamar. Saya cukup bisa mewajarkan, walaupun ada petugas yang selalu membersihkan tetapi jumlah petugas disana sungguh tidak sebanding dengan banyaknya nenek dan kakek yang tinggal.

Rasa hangat sungguh kami dapatkan dari setiap senyum dan ucapan terimakasih para nenek dan kakek yang kami singgahi. Tak sedikit dari mereka akan bercerita tentang ini dan itu. Ada salah seorang nenek yang bilang kepada saya dengan suara sedih bahwa masuk panti ini adalah kesialannya, ia sendiri dan sudah tidak ada lagi yang peduli. Ingin menangis rasanya betapa para orang tua disini sungguh kuat sekali hatinya.

Perjalanan saya ke panti ini membawa banyak cerita tentang bersyukur, dan belajar untuk lebih peduli lagi. Saya yakin bukan hanya nenek dan kakek di panti ini yang merasa kesepian, saya yakin bukan hanya nenek dan kakek di panti ini yang merasa tidak punya teman. Mari kita buka mata dan hati kita teman.

Nenek dan kakek di Panti Tresna Werdha mengajarkan saya untuk lebih peduli terhadap sekitar, khususnya orang tua dan keluarga. Nenek dan kakek di panti ini mengajarkan saya untuk lebih menghargai orang-orang disekitar saya.

Mungkin jika teman-teman yang membaca tulisan saya punya sedikit waktu yang bisa disisihkan, kalian bisa main dan menyapa orangtua di panti sosial terdekat dari wilayah kalian, atau kalian yang ingin memberikan kontribusi lebih terhadap sekitar mungkin bisa mencoba untuk mengikuti kegiatan pengabdian atau volunteering.

Jangan sampai kita sibuk dengan hiruk pikuknya kehidupan sehingga kita lupa, bahwa masih ada pojok pojok di keliling kota yang membutuhkan kita ada untuk mereka.

Jangan lupa bersyukur teman-teman, masih banyak orang yang tidak seberuntung kita :)




Jakarta, Juni 2019.