Bunda, di Taman Lapangan Banteng. |
Sebagai anak ke 3 dari 6 bersaudara, Bunda menjadi yang tengah-tengah. Dihormati sebagai kakak tidak, tapi dianggap bungsu juga tidak. Bunda seringkali mendapat perlakuan kurang adil yang mungkin tanpa sengaja nenek saya lakukan, ya wajar karena nenek saya jelas saja tidak dan belum mengerti tentang kondisi psikologis anak, perlakuan-perlakuan ini akhirnya membawa keputusan Bunda untuk melanjutkan pendidikan SMAnya di Pesantren Tradisional Krapyak, Yogyakarta. Bunda mau tau lebih banyak, bunda selalu ingin tahu lebih banyak sehingga nekat sekali sekolah jauh-jauh ke Yogyakarta. Di Krapyak, Bunda selalu menjadi salah satu yang terbaik diantara teman-temannya padahal pendidikan di sana harus menggunakan bahasa jawa yang notabene bukan bahasa sehari-hari Bunda. Selepas SMA bunda diterima di salah satu Universitas Islam Negeri di Yogyakarta, tetapi karena kakek saya tidak mengizinkan akhirnya Bunda menuruti dan kembali ke Jakarta.
Akhirnya Bunda masuk ke salah satu Universitas Islam di Jakarta, karena sudah aktif sejak masa SMA jiwa-jiwa organisasi dan aktivisnya juga masih membara. Bunda banyak mengikuti organisasi-organisasi baik didalam maupun diluar kampus. Bunda pernah bercerita tentang bagaimana ia saat peristiwa reformasi 1998, dimana ia saat itu ikut demo di kampus Trisakti dan harus mengumpat agar tidak terkena gas air mata. Sedikit yang saya tahu, Bunda cukup peduli dengan situasi politik pada masanya yang mungkin berdampak pada saya saat ini pula. Setelah lulus kuliah, Bunda ingin melanjutkan dan membesarkan Yayasan pendidikan milik kakek saya. Bunda mendirikan TK dan TPA yang bahkan murid-murid pertamanya sekarang sudah punya anak juga yang kembali belajar disana. Bunda juga sangat berdedikasi penuh dengan anak-anak yatim karena bunda mengumpulkan kurang lebih 100 yatim agar bisa di donasikan oleh para donatur ke Yayasan kami. Bukan, bukan semua dari bunda saya karena jelas keluarga saya tidak punya uang sebanyak itu, tetapi bunda selalu mencari orang-orang baik untuk bisa selalu berbagi dengan anak-anak yatim khususnya pada bulan Muharam dan bulan Ramadhan.
Bunda sering bercerita bahwa dengan segala prestasinya yang dahulu dan segala keaktifannya, kehidupan Bunda yang sekarang biasa-biasa saja, bahkan banyak teman-teman beliau yang mungkin dulunya tidak seaktif dan seberprestasi beliau sekarang sudah jauh lebih sukses. Saat ini Bunda saya hanya menjadi seorang guru, bukan orang yang kerja di gedung-gedung besar dan dengan pakaian yang keren-keren. Tetapi Bunda selalu bisa menjadi sosok yang sangat kuat bahkan ketika nenek dan ayah saya jatuh sakit. Bisa dibilang sekarang bunda menjadi tulang punggung keluarga dan harus tetap menemani ayah dan nenek saya menjalani berbagai pengobatan. Jujur, saya sendiri kadang bertanya-tanya mengapa hidup seakan tidak adil sekali, tapi lagi-lagi keikhlasan Bunda dalam menjalankan hari-harinya membuat saya sadar, bahwa yang ada sekarang selalu bisa untuk disyukuri, bahwa sekecil apapun diri kita berbagi kepada sesama yang lebih membutuhkan itu penting sekali.
![]() |
saya dan Bunda. |
Mungkin Bunda saya bukanlah lulusan dari Universitas ternama, bukan pula orang yang memiliki jabatan tinggi di luar sana, tetapi Bunda selalu bisa memberi manfaat dan kebaikan agar orang-orang disekelilingnya selalu bahagia.
Terima kasih banyak, Bunda.
aku akan selalu bangga :)
4 Komentar
AWWWW terharuuu good job arinaaa keren banget, salut buat bunda arina, eheh. first timer nii aku keep it up rinn
BalasHapusehehe makasih banyaak ujiin,thanks for ur support <3
HapusTerharuu ♡ Jadi inget dulu pas masih kecil belajar ngaji sama bundanya Arina. Terus nulis ya Rin! Jadi motivasi buat aku nulis juga hehe :)
BalasHapusAlhamdulillah ponakan ku udah bisa menulis essay , semoga cita-cita arina tercapai dan bisa membahagiakan keluarga
BalasHapus